Senin, 24 Oktober 2011

Saat Untuk Memberitakan Kabar Baik

Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 2: 8-20
Kabar kelahiran Yesus dua ribu tahun yang lalu bukanlah kabar usang yang sudah harus dikubur dalam-dalam. Kabar ini adalah Kabar Baik yang masih harus diberitakan kepada setiap orang ke mana pun kita pergi.
Dunia telah memiliki Juruselamat! Itulah Kabar Baik yang diberitakan malaikat yang diiringi paduan suara bala ten­tara Surga yang megah malam itu. Kabar Baik ini pertama kali diberitakan kepada para gembala, orang yang tidak ter­pandang dan sederhana, bahkan disisihkan dari masyarakat pada waktu itu. Namun, Allah memandang mereka begitu berharga sehingga kabar kelahiran Sang Juruselamat diberitahukan kepada mereka. Para gembala pun segera mencari tahu kebenaran berita itu. Ketika mereka melihat dengan mata kepala sendiri Sang Juruselamat dunia yang telah lahir, mereka bersukacita dan memberitakan Kabar Baik itu kepada semua orang yang mereka temui.
Kabar Baik itu masih diberitakan kepada kita hari ini! Juruselamat telah lahir. Ia menyerahkan hidup-Nya untuk menebus kesalahan dan hal-hal bu­ruk yang telah Anda dan saya lakukan. Ia telah lahir ke dalam dunia yang hina ini. Karena Tuhan Yesus telah lahir, kita tidak binasa, tetapi beroleh hidup yang kekal. Ia melakukan semua itu karena Ia mengasihi kita. Orang-orang di sekeliling kita perlu mengetahui Kabar Baik ini. Marilah kita menceritakan Kabar Baik itu kepada sebanyak mungkin orang yang belum pernah men­dengar tentang Dia supaya semakin banyak orang mengenal Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, sehingga semua lidah mengaku dan semua lutut menyembah Dia. Jangan tunda lagi! Natal adalah saat yang tepat untuk mulai memberitakan Kabar Baik itu sampai ke seluruh penjuru dunia ini. [MS]
Lukas 2:10-11
Lalu kata malaikat itu kepada mereka: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.”

Kamis, 15 September 2011

yesus adalah Tuhan saat hari sabat

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan S. Gregorius Agung [540-604], Paus-Pujangga Gereja, Sabtu 3-9-11) 
Pada suatu hari Sabat, ketika Yesus berjalan di ladang gandum, murid-murid-Nya memetik bulir gandum, menggosoknya dengan tangan mereka dan memakannya. Tetapi beberapa orang Farisi berkata, “Mengapa kamu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?” Lalu Yesus menjawab mereka, “Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan oleh Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan mengambil roti sajian, lalu memakannya dan memberikannya kepada pengikut-pengikutnya, padahal roti itu tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam? Kata Yesus lagi kepada mereka, “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.” (Luk 6:1-5)
Bacaan Pertama: Kol 1:21-23; Mazmur Tanggapan: Mzm 54:3-4,6,8
Secara teknis, tindakan memetik bulir gandum itu melanggar hukum Musa (lihat Kel 20:8-11). Tentunya berdasarkan apa yang ditulis dalam kitab Keluaran itu, orang-orang Farisi merasa dibenarkan dalam menuduh para murid Yesus melanggar peraturan hari Sabat. Yesus menjawab pertanyaan orang-orang Farisi itu dengan mengacu kepada bacaan Kitab Suci (1Sam 21:1-6) yang menceritakan apa yang dilakukan oleh Raja Daud sendiri dalam situasi yang khusus, agar orang-orang Farisi itu mengerti sedikit apa tujuan sebenarnya dari hukum Sabat.  Orang-orang Farisi ini begitu disibukkan dengan adat-istiadat serta disiplin agama mereka sehingga mereka lupa mendalami tujuan sebenarnya dari hukum itu, yaitu untuk mengasihi Allah dan sesama manusia. 
Di lain pihak, kita pun harus berhati-hati untuk tidak cepat-cepat menyalahkan orang-orang Farisi. Mereka sebenarnya mencoba untuk menjaga tradisi-tradisi Yahudi di tengah-tengah suatu krisis nasional pada masa itu. Kekaisaran Romawi menduduki wilayah Palestina untuk waktu yang lama, sehingga tidak sedikit orang Yahudi yang terpengaruh oleh praktek-praktek kekafiran orang Romawi. Mereka menukarkan iman-kepercayaan mereka dengan filsafat-filsafat yang berpusat pada manusia.  Bagi kaum Farisi, satu-satunya batasan dalam rangka memelihara dan menjaga identitas bangsa Yahudi, adalah penerapan hukum Musa secara ketat. Namun  sayang saja jalan yang mereka tempuh di tengah masyarakat keliru, teristimewa dalam pengungkapannya. 
Sepanjang sejarah, legislasi moral yang kaku itu bersifat opresif dan ujung-ujungnya membuat orang-orang merasa bersalah dan merasa tidak dikasihi. Dalam kelemahan kita sebagai manusia, praktis kita tidak dapat mentaati hukum Allah yang adil. Mengharapkan diri kita sendiri dan orang-orang lain untuk memperoleh keselamatan melalui tindakan-tindakan sesungguhnya bertentangan dengan pesan Yesus. Dalam upaya mereka untuk mendorong hukum Yahudi, banyak orang Farisi menjadi orang-orang yang bersikap suka menghukum dan menuduh – hal ini sungguh bertentangan dengan tujuan Allah dalam hukum-Nya. 
Upaya untuk mengikuti jalan-jalan Allah seturut kekuatan kita sendiri merupakan sebuah beban dan pasti akan menuju kegagalan.Efek-efek dari dosa asal telah melumpuhkan kemampuan kita untuk memenuhi tuntutan-tuntuan hukum. Inilah sebabnya mengapa Yesus datang ke dunia: Demi kasih-Nya Dia ingin menebus kita. Oleh karena itu, marilah kita membuka diri kita bagi Kabar Baik yang diwartakan-Nya. Sadar akan kenyataan bahwa kita tidak mempunyai harapan untuk mampu mengikuti hukum-Nya berdasarkan kekuatan sendiri, maka kita dapat menemukan Dia dalam doa-doa kita, dalam sakramen-sakramen dan dalam pembacaan dan permenungan sabda-Nya yang terdapat dalam Kitab Suci. Dia akan memimpin kita dalam jalan-jalan-Nya dengan hati baru yang mencerminkan hati-Nya. 
Santo Gregorius Agung. Hari ini Gereja Katolik memperingati Santo Gregorius Agung, seorang paus dan pujangga Gereja yang memegang tampuk pimpinan Gereja tahun 590-604. Dia adalah putera seorang senator Roma dan hal ini berarti bahwa dia berasal dari keluarga bangsawan (atau patrisian). Dia memulai karir sekularnya di bidang pemerintahan. Pada tahun 573 Gregorius diangkat menjadi prefek (praefectus urbi) kota Roma, namun karir yang kelihatannya bagus sekali ini diakhirinya dengan cepat. Mengapa? Karena tidak lama kemudian Gregorius memutuskan untuk ‘meninggalkan dunia’ dan menggunakan warisannya yang besar jumlahnya untuk mendirikan tujuh biara monastik bagi para rahib: enam buah di Sisilia dan satu di Roma di atas tanah miliknya sendiri. Gregorius melepaskan segalanya demi Allah. Dia mengikuti ‘jalan perendahan’ yang telah dicontohkan sendiri oleh Tuhan dan Gurunya, Yesus Kristus. 
Gregorius bergabung dengan komunitas biara Roma ini si sekitar tahun 574. Pada tahun 578 Paus Benediktus I mengangkatnya menjadi diakon. Satu tahun kemudian Paus Pelagius II mengutusnya ke Konstantinopel (sekarang: Istambul) sebagai apochrisarius atau duta, dengan harapan memperoleh bantuan dari kekaisaran Byzantium (Timur) dalam melawan serangan orang-orang Lombard. Selama berada di Konstantinopel, dia memperoleh pengalaman berharga dalam hal berurusan dengan Kekaisaran Timur, namun dia merasakan bahwa Kekaisaran Timur tidak akan menolong Kekaisaran di Barat (Latin). Gregorius pulang ke Roma sekitar tahun 585, kemudian menjabat sebagai abbas dari Biara S. Andreas di Roma, biara yang didirikannya lebih dari sepuluh tahun sebelumnya. Paus Pelagius II wafat pada tahun 590, dan Gregorius terpilih sebagai penggantinya dengan suara bulat. Dia mencoba untuk menghindarkan diri dari pengangkatan dirinya menjadi paus, namun tidak berhasil. Dengan hati enggan, dia diangkat sebagai paus Gregorius I pada tanggal 3 September 590. 
Sebagai seorang Gembala tertinggi Gereja Katolik, Gregorius membuktikan bahwa dirinya adalah seorang negarawan ulung. Dia melakukan banyak hal yang menyangkut kelangsungan hidup Gereja. Dia juga menulis banyak buku dalam bidang pastoral, tafsir Kitab Suci dan 40 homili/khotbah dan lebih dari 850 pucuk surat. Dia adalah pemimpin Gereja yang rendah hati secara benar-benar tulus, dan menamakan dirinya Servus Servorum Dei (Abdi para abdi Allah). Julukan ini tidak pernah ditinggalkan oleh para paus sampai hari ini.
Gregorius wafat pada tanggal 12 Maret 604 dan dia diangkat secara popular sebagai orang kudus Gereja setelah kematiannya. Gereja mengangkatnya menjadi seorang Pujangga Gereja. Bersama Paus Santo Leo I [memerintah tahun 440-461], Gregorius I merupakan dua orang pengganti Santo Petrus yang diberi gelar ‘Agung’. Santo Gregorius Agung dihormati sebagai pelindung para penyanyi gereja (Ingat istilah “lagu-lagu Gregorian”?).
DOA: Bapa surgawi, terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu karena Engkau menyediakan satu hari setiap pekan agar kami dapat berdiam bersama-Mu. Terima kasih untuk Roh Kudus yang Kauutus, yang memampukan kami untuk menjadi semakin dekat dengan diri-Mu. Amin.
Cilandak, 2 September 2011 [Peringatan para martir Fransiskan pada masa Revolusi Perancis] 
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

tindakan kasih

Markus 14:3-9

|

Pdt. Paulus Surya


Seseorang yang benar-benar mengasihi Tuhannya (yang telah mengasihinya terlebih dahulu), akan berani melakukan tindakan-tindakan kasih bagi Tuhannya. Maria, saudara Martha dan Lazarus, mengasihi Tuhan Yesus sehingga ia berani melakukan tindakan-tindakan kasih bagi Yesus. Tindakan-tindakan kasih apa saja yang dapat kita lakukan bagi Tuhan kita yang telah mati dan bangkit bagi kita?

Memberi yang terbaik (ayat 3, 5, 8)
Maria memberikan kepada Tuhan Yesus minyak Narwastu. Minyak ini bernilai lebih dari 300 dinar. Jika dikurs ke dollar Australia maka kira-kira sebesar $30,000. Sangat mungkin Maria memiliki minyak ini hasil pemberian dari orangtua-nya. Ia telah memberikan miliknya yang sangat berharga bagi Tuhannya. Ia telah memberikan yang terbaik. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita memberikan yang terbaik bagi Tuhan kita yang telah mati dan bangkit bagi kita, dalam hal waktu, tenaga, talenta, persembahan dan lain-lainnya?

Tetap melayani meski ada hambatan (ayat 4-6)
Tatkala Maria melakukan tindakan kasih bagi Tuhan, ada orang-orang yang mencela dan memarahinya. Mereka adalah Yudas Iskariot dan para rasul lainnya. Seringkali ada dua ekstrim yang biasa terjadi meresponi kiritkan atau celaan. Pertama, langsung mundur. Dan kedua, tidak menggubris sama sekali. Yang benar adalah seharusnya kita introspeksi diri saat ada celaan/kritikan. Apabila kita salah, kita harus berani memperbaiki diri, apabila kita benar, kita harus berani untuk terus melayani.

Memakai kesempatan yang tidak selalu ada (ayat 6, 7)
Tuhan Yesus mengingatkan murid-muridNya bahwa menolong orang miskin bisa kapan saja, tetapi kesempatan melakukan tindakan kasih bagi Tuhan Yesus yang akan segera disalibkan, tidak selalu ada. Maria memakai kesempatan melakukan tindakan kasih bagi Tuhan Yesus, karena pengenalannya akan Yesus. Jikalau kita memiliki relasi yang erat dengan Yesus, maka sudah seharusnya kita memakai kesempatan yang ada untuk melayaniNya.
 

kejujuran dalam motivasi

Suatu ketika para pemimpin agama ingin mencobai Yesus agar mereka dapat menjerat dan menghukum Dia. Mereka menyuruh beberapa orang Farisi dan Herodian untuk datang kepada Yesus dengan satu pertanyaan yang telah mereka rancang sedemikian rupa akan dapat menjebak Yesus. Pertanyaan itu terdapat dalam Markus 12:14 seperti ini, “Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur, dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka, melainkan dengan jujur mengajar jalan Allah dengan segala kejujuran. Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak? Haruskah kami bayar atau tidak?"
Orang-orang Farisi dan Herodian itu membuka pertanyaaan dengan memuji-muji Yesus terlebih dulu. Mereka memanggil Yesus sebagai Guru, namun mereka tidak pernah benar-benar mengakui Yesus sebagai Guru mereka. Guru pada zaman itu adalah orang yang sangat dihormati di kalangan orang Yahudi, namun perkataan Guru kepada Yesus hanya untuk mengolok-olok Yesus, karena Yesus bukan datang dari kalangan yang berpendidikan. Yesus bukan orang sekolahan. Selain itu apa yang diajarkan Yesus telah menjungkir-balikan semua sistem nilai yang mereka bangun untuk kehormatan para tokoh agama mereka.
Mereka juga mengatakan bahwa mereka tahu Yesus adalah orang jujur, tidak takut siapapun, tidak mencari muka, berani mengatakan kebenaran, namun yang mereka tanyakan adalah membayar pajak kepada Kaisar.
Membayar pajak sebenarnya suatu sistem yang dibangun untuk membiayai keuangan negara. Pemungutan pajak atau cukai pada waktu itu dilakukan oleh para pemungut cukai berdasarkan tawar-menawar. Hal ini yang membuat para tokoh agama sering menghina para pemungut cukai karena mereka bekerja untuk kerajaan Romawi dan juga dianggap orang berdosa karena mendapat keuntungan dari pajak yang mereka tarik.
Para tokoh agama juga tidak senang membayar pajak, karena mereka menganggap membayar pajak sama dengan memberikan perpuluhan seperti yang diajarkan Musa. Perpuluhan dianggap hanya cocok diberikan untuk Tuhan, tetapi tidak untuk Kaisar. Kaisar tidak bisa disamakan dengan Tuhan sehingga membayar pajak kepada Kaisar adalah dosa. Mereka mempertanyakan apa hak Kaisar untuk menarik pajak.
Tetapi Yesus yang mengetahui kemunafikan mereka, menjawab, "Mengapa kamu mencobai Aku? Bawalah ke mari suatu dinar supaya Kulihat!" Lalu mereka bawa. Kemudian Yesus bertanya kepada mereka, "Gambar dan tulisan siapakah ini?" Mereka menjawab, "Gambar dan tulisan Kaisar." Kemudian Yesus berkata kepada mereka, "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!"
Apa yang Yesus katakan kepada mereka adalah bertindak jujur di hadapan manusia dan di hadapan Allah. Kejujuran bukan sekedar pertunjukkan film yang berbeda dengan perilaku sehari-hari. Kejujuran menyangkut hati manusia yang jujur dan tulus dan bukan sekedar pertunjukkan untuk menyenangkan para penonton atau pendukung. Kejujuran bukan sekedar untuk citra atau image, tetapi keluar dari hati yang jujur. Bila kita tetap jujur dalam motivasi-motivasi kita, kita akan selalu bertindak sesuai dengan hal itu tanpa peduli dengan pembentukan citra diri kita. Ketulusan dan kejujuran itulah yang dituntut oleh Tuhan dari kita. Kalau kita ingin Tuhan selalu dipihak kita, maka yang kita perlu jaga adalah kejujuran dan ketulusan bukan saja di hadapan manusia tetapi juga di hadapan Tuhan. Seperti dikatakan oleh Daud dalam Mazmur 25:21: “ Ketulusan dan kejujuran kiranya mengawal aku, sebab aku menanti-nantikan Engkau.”

Kamis, 08 September 2011

DelaPaNn SabDa BahagIa

8 Sabda Bahagia Menurut Alkitab-Kabar Baik

Kedelapan Sabda Bahagia menurut Alkitab-Kabar Baik:
1. Berbahagialah orang yang merasa tidak berdaya dan hanya bergantung pada Tuhan saja, mereka adalah anggota umat Allah!
2. Berbahagialah orang yang bersedih hati; Allah akan menghibur mereka!
3. Berbahagialah orang yang rendah hati; Allah akan memenuhi janji-Nya kepada mereka!
4. Berbahagialah orang yang rindu melakukan kehendak Allah; Allah akan memuaskan mereka!
5. Berbahagialah orang yang mengasihani orang lain; Allah akan mengasihani mereka juga!
6. Berbahagialah orang yang murni hatinya; mereka akan mengenal Allah.
7. Berbahagialah orang yang membawa damai di antara manusia; Allah akan mengakui mereka sebagai anak-anak-Nya!
8. Berbahagialah orang yang menderita penganiayaan karena melakukan kehendak Allah; mereka adalah anggota umat Allah!
Berbahagialah kalian kalau dicela, dan difitnah demi Aku.
Nabi-nabi yang hidup sebelum kalian pun sudah dianiaya seperti
itu.
Bersukacitalah dan bergembiralah,
sebab besarlah upah di surga yang disediakan Tuhan untuk kalian.
(Mat 5:3-12)
* * * * *
Sabda-sabda Bahagia menempati tempat sentral dalam pemberitaan Yesus, mengulangi dan menggenapkan janji-janji
Allah yang diberikan semasa Abraham. Juga mencerminkan
wajah Yesus sendiri, menjadi ciri khas hidup Kristen otentik serta
menyingkapkan tujuan akhir segala tindakan manusiawi:
kebahagiaan kekal. (KKGK # 360)